Rabu, 09 Mei 2012

Sejarah GPdI Gesing


A.    Sejarah Gereja Pantekosta di Indonesia Gesing dan Perkembangannya.

Gereja Pantekosta di Indonesia Gesing adalah bagian dari organisasi Gereja Pantekosta di Indonesia. Gereja Pantekosta di Indonesia merupakan organisasi gereja yang cukup besar dan berkembang di seluruh penjuru tanah air, bahkan berkembang juga di beberapa Negara lain. Dikatakan sebagai organisasi yang besar karena organisasi ini memiliki jumlah gereja yang sangat banyak yang tersebar dikota-kota maupun didesa-desa dengan jumlah dua belas ribu empat ratus lima puluh ( 12.450) sidang jemaat, ini belum termasuk cabang.[1]
Demikian pula Gereja Pantekosta di Indonesia Gesing. Sidang Jemaat Gereja Pantekosta di Gesing adalah murni hasil penginjilan yang dilakukan oleh kaum awam jemaat Gereja Pantekosta Temanggung yang pada waktu itu di gembalakan oleh Bp. Pdt. Titus Yuwono. Sekalipun pada waktu itu belum popular istilah pertumbuhan gereja, namun gereja pada waktu itu telah mempraktekan pertumbuhan gereja secara ekstensi[2] yaitu membuka dan memulainya gereja-gereja baru. Pastor Young G. Chai mendefinisikan pertumbuhan gereja sebagai berikut : “dengan menemukan karunia jemaat, melatih dan memberi kesempatan supaya karunia mereka dapat dipakai semua kegiatan gereja dan pekerjaan yang membangun jemaat, yaitu penginjilan, kunjungan oleh kaum awam”[3] Dalam hal ini peran gembala dalam memulai suatu gereja baru sangat menentukan. Daud Garrison menuliskan dalam bukunya mengenai pertumbuhan gerejanya :
Pertumbuhan gereja adalah lebih sekedar dari kebangunan rohani yang dapat dilihat mata, hal yang spektakuler, tetapi pertumbuhan gereja harus diawali darui penanaman gereja tua yang disebut dengan istilah gerakan penanaman gereja.[4]

Garrison melihat pertumbuhan gereja tersebut dari sisi penginjilan sehingga akibat yang dapat dilihat dan dibuktikan banyak gereja tersebut mengirim atau memproduksi utusan Injil.[5]
Artinya pernyataan Garrison menjelaskan bahwa pertumbuhan gereja berkaitan dengan fisik dan non fisik, maksudnya GPdI Gesing mengalami pertumbuhan melalui penginjilan bukan hanya pada jumlah namun pada  kualitasnya.

A.1. Sejarah Singkat GPdI Gesing

Sejak munculnya peristiwa G.30.S.P.K.I tahun 1965, kondisi masyarakat desa Gesing, kehidupan masyarakat yang suram, dihantui rasa takut, rasa was-was, bermula dari masyarakat terhisap dalam kelompok tersebut, sejak muncunya peristiwa G.30.S.P.K.I  sering kali masyarakat mendapat ancaman: “tak ciduk kowe” artinya, mau diambil dijadikan tahanan politik. Pada waktu itu masyarakat desa mulai berfikir, bagaimana bisa lepas dari rasa takut dan kuatir. Mereka mulai berupaya untuk mencari perlindungan, rasa aman, tentram.
Kondisi politik yang membuat penduduk desa tidak menentu berdampak pada psikologis, hidup yang terisolir dan tidak ada ketenangan.
Pada tanggal 28 September 1967, datanglah utusan pelayan Injil dari kota Temanggung datang lewat jalan persawahan menuju rumah Pak Sukar. Sebab salah satu pelayan Injil seorang ibu bernama Salamah, dari desa Tepungsari, Temanggung adalah sahabat Pak Sukar, Ibu Salamah membawa teman-temannya untuk memberitakan Injil di desa Gesing.
Ternyata masyarakat desa Gesing sangat responcive terhadap Injil  rombongan dari Temanggung. Pada waktu Injil bekerja di desa Gesing karya Roh Kudus begitu luar biasa, dalam waktu yang sangat singkat jumlah pengikut Injil begitu banyak sehingga dalam waktu satu tahun orang-orang gesing menerima Yesus sebagai Juru Selamat ada lima puluh sembilan keluarga, yang terdiri dari dua ratus orang dewasa dan tujuh puluh anak.
Setiap senin diadakan baptisan air di pemandian Pikatan Temanggung. Walau banyak tantangan dalam pemberitaan Injil pernah suatu malam rumah Pak Sukar (tempat ibadah) pintu rumah dilabur dengan kotoran  manusia (malam setelah diadakan ibadah di rumah Pak Sukar). Genap satu tahun sejak awal Injil masuk desa Gesing berdirilah sebuah gedung gereja yang megah (untuk  ukuran desa).
Tanggal 26 September 1968, tepatnya kurang dua hari genap satu tahun P.I di desa gesing ditabiskan gereja untuk tempat ibadah umat Tuhan di Gesing.
Pernah terjadi saat malam mengadakan pertemuan panitia pembangunan gereja, dilaporkan hansip ke KORAMIL, bahwa di desa Gesing ada rapat gelap. Tak disangka, pagi-pagi secara tiba-tiba 13 orang dipanggil Pak Kadus (Kepala Dusun) kemudian langsung dibawa ke KODIM. Menurut keterangan orang-orang tersebut akan dijadikan tahanan politik. Mendengar hal itu semua umat Tuhan yang di rumah berdoa dan menangis supaya mereka yang dibawa ke KODIM dibebaskan. Dengan pulangnya mereka dari KODIM banyak orang menjadi percaya, jiwa-jiwa baru bertambah.
Menurut data dari sekretaris gereka perkembangan jemaaat di desa Gesing adalah sebagai berikut :
Tahun
Jumlah Dewasa
Jumlah Anak
1967 akhir – 1968
255  orang
45  anak
1969 – 1979
316  orang
125  anak
1980 – 1990 
430  orang
135  anak
1991 – 2004
550  orang
157  anak
2005 – 2011
700  orang
135  anak

Berdasarkan data dari sekretaris gereja perkembangan jemaat di desa Gesing adalah sebagai berikut :
1.      Secara biologis – pertambahan dari keturunan enam puluh persen
2.      Perpindahan tiga puluh persen
-          Perpindahahan dari gereja lain
-          Melalui perkawinan (yang salah satunya dari agama bukan Kristen)
3.      Melalui P.I yang diperoleh melalui kesaksian lima persen.
Melihat perkembangan gereja sampai dengan tahun 2009 gereja sudah berulang kali merenovasi bangunan gereja.

A.2. Dimulainya Penjemaatan

                        Seiring dengan pertambahan jemaat, tahun 1967 Pdt.Titus Yuwono melakukan sesuatu yang penting berhubungan dengan tata cara suatu organisasi yaitu meresmikan perkumpulan tersebut menjadi bagian dari keluarga besar Gereja Pantekosta Temanggung yang memiliki badan hukum keagamaan.
Gereja Pantekosta di Indonesia yang merupakan kelanjutan dari De Pinkesterkerk In Nederlandsch Indie. Badan hukum adalah persekutuan gerejawi berdasarkan pemerintah Republik Indonesia dengan Beslit Pemerintah Nomor 33 Tanggal 4 juni 1937, Nomor 368, Keterangan Departemen Agama Republik Indonesia Nomor E/VII/156/926/73, dan surat keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Kristen Protestan Departemen Agama Republik Indonesia Nomor 30 tahun  1988 tanggal 3 Februari 1988.[6]

Penjemaatan ini penting untuk dilakukan mengingat bahwa gereja perlu memiliki legalitas dan pada saat itu sedang terjadi peristiwa politik G/30S PKI, dimana setiap warga Negara harus memiliki status yang jelas dalam keimanan.

A.3. Perkembangan Sidang Jemaat
Gereja yang sehat adalah gereja yang berkembang. Perkembangan gereja ditandai dengan bertambahnya umat yang ada baik secara kuantitas maupun kualitas. Meminjam istilah C. Peter Wagner, diantara tanda-tanda lain dari kesehatan yang baik, Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan tiap-tiap hari (Kisah rasul 2:47). Jikalau Tuhan tidak menambah anggota-anggota baru secara tetap, maka ada sesuatu yang tidak beres dengan gereja itu.[7]
            Dalam kurun waktu yang tidak lama sejak di mulainya ibadah pertama anak-anak pada akhir tahun 1966 hingga tahun 1968 jumlah jemaat mencapai sembilan puluh jemaat yang terdiri dari lima puluh jemaat dewasa, lima belas pemuda remaja, anak-anak dua puluh lima. Perkembangan sidang jemaat Gereja Pantekosta Gesing terus mengalami  perkembangan hingga saat sekarang ini.
A.4 Kondisi Masyarakat
Wilayah Temanggung sebagian besar merupakan dataran dengan ketinggian antara lima ratus sampai dengan seribu empat ratus lima puluh  m diatas permukaan air laut, dengan jenis tanah latosol coklat seluas Dua puluh enam ribu lima ratus enam puluh tiga koma empat puluh tujuh Ha.[8] Dengan karunia alam yang luar biasa indahnya, ditunjang hawa yang dingin daerah Temanggung seharusnya masyarakat memiliki  tingkat kehidupan yang layak. Dikarenakan banyak kendala dan faktor, dalam kenyataannya tingkat pendapatan daerah hanya lima persen.[9]Hal ini berarti bahwa kehidupan setiap warga masih jauh dari seperti apa yang diharapkan, sempitnya lapangan pekerjaan serta terbatasnya infrastruktur membuat Temanggung menjadi kota sepi, sehingga banyak warga lebih senang kerja diluar kota.
A.5   Kondisi Sidang Jemaat
1. Sebelum Injil Masuk

Secara umum pada tahun 1966 masyarakat di desa Gesing hidup di bawah garis kemiskinan,[10]pertanian sering mengalami kegagalan ditambah dengan gangguan hama serta situasi keamanan ( banyaknya kasus pencurian) telah membuat kehidupan di desa tersebut semakin memburuk. Dampak dari kemiskinan yang melilit kehidupan masyarakat, memunculkan permasalahan sosial masyarakat, antara lain: kejahatan meningkat, pengangguran dimana-mana. 
2. Sesudah Injil masuk
Pelan namun pasti kehidupan jemaat Desa Gesing mengalami perubahan dalam berbagai hal. Perubahan yang terjadi diawali oleh berita pengharapan yang disampaikan lewat pelayanan mimbar, disadari atau tidak kehadiran gereja telah memberi warna kearah lebih baik dalam kehidupan masyarakat. Leslslie Newbigin menuliskan:
Gereja yang menjangkau setiap masyarakat manusia, menjalani kehidupan yang berpusat dalam pengingatan dan pemetasan yang terus menerus tentang pernyataan yang sentral itu, menawarkan kepada semua orang suatu visi mengenai sasaran sejarah manusia yang didalamnya kebaikan ditegaskan dan kejahatan diampuni dan dihapuskan. Suatu visi yang memungkinkan untuk bertindak dengan penuh harapan ketka tidak ada lagi harapan di duni ini, dan menemukan jalan ketika segala sesuatu gelap dan tidak ada petunjuk di dunia ini.[11]

Injil telah merubah tatanan kehidupan masyarakat, hal ini dibuktikan dengan beberapa prestasi yang telah diraih dan apresiasi dari berbagai kalangan yang telah diterima, antara lain: juara pertama Agro Forestri tahun 1983 Tingkat Jawa Tengah, dalam bidang yang sama juara II Tingkat  tahun 1984 Tingkat Jawa Tengah.
3.    Sekilas tentang metode pekabaran Injil di Gereja pantekosta di Indonesia Gesing
Penginjilan merupakan suatu rencana dan kehendal Allah didalam proses pertumbuhan gereja yang memiliki visi dan misi untuk penginjilan sesuai dengan amanat agung Tuhan Yesus Kristus. Penginjilan adalah rencana dan karya Allah untuk menghimpun bagi diri-Nya suatu umat untu bersekutu, menyembah serta melayani dia secara utuh dan serasi [12] Pertumbuhan penginjilan di desa Gesing sangatlah mengagumkan, metode kontekstual dalam pelaksanaan  penginjilan sangat bermanafaat untuk tumbuh kembangnya Injil Desa Gesing. Memikirkan soal metode dalam proses pelaksanaan penginjilan yang kontekstual sangatlah penting untuk tugas misi yang diembannya agar dapat mencapai hasil yang diharapkan semaksimal mungkin.[13] Metode penginjilan perlu dipilih dan dikembangkan secara kreatif sehingga penerima Injil dapat memperoleh makna yang sesungguhnya dari berita Injil yang diterimanya. Sesungguhnya tidak ada metode penginjilan yang dapat dikategorikan paling tepat bagi setiap kesempatan pelaksanaan proses penginjilan. Derek Prince, dalam bukunya menuliskan bahwa metode harus fleksibel dan suatu waktu dapat berubah, sesuai dengan kebutuhan atau keadaan yang dihadapi.[14] Artinya untuk menciptakan sebuah metode yang efektif maka “Bangunlah jembatan hubungan sosial dengan menciptakan persahabatan. Hal ini harus dilakukan dengan memperhatikan faktor budaya dan sosial dan tata krama yang berlaku, yang dilakukan dengan sopan santun.[15]
Menembus batas bangun komunitas – terjadilah pekabaran Injil di Desa Gesing adalah anugrah dan karya Allah yang bekerja melalui metode “persahabatan”. Masuknya Injil melalui persahataan, Pak Sukar dan Ibu Salamah mereka adalah sahabaat dalam mencari ilmu (ngilmu) Ibu Salamah yang terlebih berjumpa dengan Yesus, dengan tetap menjalin silaturahmi bersama team dari Temanggung mereka mulai memberikan Injil kondisi politik yang sedang  bergejolak dimanfaatkan oleh para pemberita Injil untuk memperkenalkan Yesus. Kondisi sosial, perekonomian pun dapat dimanfaatkan untuk memperkenalkan Yesus. Keadaan – masyarakat Desa gesing yang miskin pada saat itu, dengan pelayanan  sosial – pembagian sembako – dan jajanan untuk anak kecil sekolah minggu) dapat meraih banyak jiwa kepada Yesus.
Persahataan  menjadi cara yang efektif untuk memberitaan Injil. Dalam Kitab Injil Yohanes pasal 4 adalah cara Yesus memberitakan Injil, Yesus tidak mulai dengan berita Ijiil “messege” memang kabar yang baik (Injil) itulah yang menjadi kebutuhan utama wanita Samaria itu. Itu juga menjadi kebutuhan yang sebenarnya (real need) dari manusia. Tetapi dalam pendekatan-nya. Yesus mulai dengan apa yang dirasakan (felt need) perempuan Samaria itu. “Berilah Aku minum” adalah kata-kata pembukaan Yesus kertika ia mendekati perempuan Samaria itu pada waktu terik matahari dipinggir sumur yakub. kalimat itu tidak sekedar menyatakan bahwa Yesus membutuhkan air minum, tetapi kata-kata itu bisa berarti “Aku mau bersahabat denganmu”, Yesus menembus batas untuk membangun komunitas, sebab  ungkapan Yesus sangat menggentarkan hati wanita itu (tak mungkin orang yahudi mau bersahabat dengan orang samaria) bagi perempuan samaria tak mungkin Yesus(orang Yahudi) mengucapkan kata –kata seperti yang Yesus ucapkan  keseorang samaria.
Pendekatan Yesus kepada perempuan samaria, langsung menyentuh kebutuhannnya. Rupanya perempuan samaria itu merasa tertolak oleh kaum Yahudi, yang sebagaimana kebanyakan masyarakat di Desa Gesing (oleh peristiwa G.30.S.PKI) kebutuhan manusia adalah membutuhkan penerimaan dan pengakuan masyarakat lain. Perempuan samaria itu merasa tidak aman kalau ditolak. Nah Yesus mengetahui keadaan ini. Karena itu, Yesus mulai dengan bersikap bersahabat, “berilah Aku minum”.
Klehadiran Ibu Salamah ke Desa Gesing bersama dengan team untuk menjumpai Pak Sukar adalah sikap persahabatan membangun silaturahmi – melalaui persahabatan – Injil diberitakan.
4.      Profil Gereja Pantekosta di Indonesia Gesing

Sistem pengaturan di dalam Gereja pantekosta di Indonesia adalah Episcopal. Artinya kepemimpinan tertinggi dalam sebuah gereja terletak pada gembala sidang atau pendeta. Termasuk dalam mengangkat majelis dan memberhentikannya. Gembala sidang bertanggung jawab atas program dan tata pelayanan dalam gereja.




URAIAN TUGAS
Sesuai dengan struktur organisasi di atas telah disusun uraian tugas sebagai berikut :
Gembala :
1.      Pemimpin tertinggi
2.      Bertanggung jawab penuh atas tata pelayanan dalam gereja
3.      Mengangkat dan memberhentikan majelis
4.      Menyelenggarakan dan memimpim rapat majelis
Ketua Majelis
1.      Mengkoordinir fungsi-fungsi kemajelisan, sekretaris dan perbendaharaan
2.      Mengatur dan menharagkan strategi pelayanan
3.      Bersama sekretaris mewakili  jemaat secara hukum keluar dan kemasyarakatan / pemerintahan mendadatangani surat-surat resmi.
4.      Memimpin rapat-rapat wadah.
Wakil majelis
1.      Mewakili/menggantikan ketua majelis jika berhalangan
2.      Membantu tugas ketua majelis sesuai dengan permintaan dan pengarahan dari kertua majelis
3.      Memonitor pelaksanaan program dari majelis sidang.
Sekretaris I
1.      Mengkoordinasi dan mengatur fungsi sekretaris gereja serta seluruh sarana dan prasarana pendukungnya.
2.      Bersama ketua mewakili jemaat secara hukum keluar dan kemasyarakatan/pemerintahan
3.      Menyusun dan mengatur  laporan bulanan, laporan tahunan dan berita lainnnya kepada jemaat
4.      Mengatur dan menguru pemeliharaan gedung gereja berikut perlengkapannya
5.      Menyeleksi surat-surat masuk dan mendistribusikan kepada bidang terkait.
6.      Bersama Gembala, ketua ,menandatangani surat keluar, surat-surat gereja dan dokumen lainnnya.
Sekretaris II
1.      Menggantikan sekretaris I jika berhalangan
2.      Menyusun / membuat notulen rapat
3.      Membuat surat undangan rapat ibntermn
4.      Mebngurus dan mengatur arsip surat-surat, dokumentasi foro serta pencatatatan keperluan  gereja dan tentang harta benda gereja
5.      Membantu urusan rumah tangga gereja lain.
Bendahara I
1.      Mengurus penerimaan dan pengeluaran setelah disetujui gembala
2.      Mengatur penyimpanan uang di Bank;
3.      Mengatur tata usaha keuangan serta membuat laporan bulanan untuk kepentingan warga jemaaat.
4.      Mengawasi dan mengendalikan kas kecil pada sekretaris agar efektif sesuai sasaran yang dicapai
5.      Mengawasi dan mengendalikan anggaran gereja berdasarkan ketetapan yang dibuat dalam buku rencana tahunan hasil Rakornis
6.      Senantiasa mengawasi dan meningkatkan pelaksanaan prosedur administrasi keuangan gereja, sehingga keuangan bagian wadah-wadah supaya efektif dan efisien.
Benhadara II
1.      Menggantikan bendahara I jika berhalangan.

TUGAS DAN KOORDINATOR BIDANG / WADAH
Bidang I
1.      Membawahi bidang kebaktian, pembinaan dan kategorial (wadah/wadah)
a.       Pelnap
b.      Pelprap
c.       Pelwap
d.      Pelprip
2.      Dikoordinir oleh satu anggota majelis
3.      Mengatur kerja tahunan bersama dengan gembala dan tenaga rohani
4.      Mengatur ketertiban jemaaat secara berkesinambungan
e.       Mengupayakan bentuk ibadah yang lebih dinamis dan kreatif (khususnya tentang liturgi disesuaikan dengan klasifikasi yang disetujui pada tiap-tiap wadah dan liturgi ibadah)
f.       Menanamkan kesadaran jemaaat untuk hidup dalam doa dan bertekun dalam pengajaran (bad. Kis 1 : 14; 1:4, 5)
2.      Diakonia
Pembinaan Jemaaat dfalam bidang pelayanan (sosial)
a.       Menyeleksi keanggotaan diakonia
b.      Mengevaluasi penerimaaan bantuan diakonia untuk menuntun kebijaksanaan selanjutnya.
c.       Melalui bidang diakonia mengajar jemaat untuk dapat bekerjasama, saling membantu/saling peduli dan menghargai.
3.      Marturia, peningkatan pembinaan jemaaat bidang kesaksian
a.       Mendorong pelaksanaan penginjilan dalam berbagai bentuk dan metode
b.      Pembukaaan pos penginjilan serta pendewasaan
c.       Mendorong jemaat menyadari akan talenta dan karunia yang diterima dan memaksimalkan untuk pelayanan.
d.      Mengarahkan semua bentuk pelayanan  dalam suatu tujuan yang sama
e.       Menjadikan gereja yang misoner
f.       Menjalin hubungan dengan lembaga lain, PGPI, BKSUK, BAMAG
g.      Menjalin hubungan dengan pemerintah baik desa maupun tingkat daerah (kecamatan, kabupaten, propinsi)

 Bidang II (marturia
1.      Membawahi, mengkoordinir bidang, pikumene, misi, teak, PI, upacara gereja (penghiburan, pernikahan, penyerahan anak, pentabisan gedung gereja) dan sakramen (baptisan air, perjamuan Kudus).
Bidang II (Diakonia) :
1.       Perawatan/visitas
2.      Sosial
3.      Mengadakan pemeriksaan kesehatan gratis (Minggu ke IV)

JADWAL  KEGIATAN GEREJA
GPdI JEMAAT GESING

Senin
18.00 – 19.30
Ibadah Doa
Selasa
18.00 – 19.30
Pelprip  (Minggu II dan III)
Rabu
18.30 – selesai
PD Imanuel
Kamis
18.00 – 18.00
Ibadah Raya
Jum;at
13.00 - selesai
Doa Puasa Wanita

14.00 – 16.00
PELWAP  (Minggu II dam III)

19.00 – 21.00
PD PELPRAP
Sabtu
18.00 – 20.00
 PELPRAP

19.00 – selesai
PD SION
Minggu
08.00 – 09.00
PELNAP

09.30 – 11.30
Ibadah Raya


[1]. AH. Mandey. Mubes Gereja Pantekosta di Indonesia, ( Batu : MUBES GPdI, 2006)
[2]. C. Peter Wagner, Manfaat Karunia Roh Untuk Pertumbuhan Gereja, ( Malang : Gandum Mas, 2000), hal 200
[3]. Young G. Chai, Penggembalaan Bersama Dengan Orang Awam, ( Yayasan Info International, 2005), hal 63
[4] David Garrison, 10 Prinsip Penanaman dan Pengembangan Gereja. Pen. Yohanes R. Suprandono (YWAM Publising Indonesia, 2008) hal. 14
[5] Ibid. hal. 16
[6]. Majelis Pusat Gereja Pantekosta di Indonesia, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Bab 1 Pasal 2
[7] . C. Peter Wagner, Manfaat Karunia Roh Untuk Pertumbuhan Gereja, ( Malang: Gandum Mas, 2000), hal 178
[8] BPS. Temanggung Dalam angka 2002, ( Temanggung, 2002), hal 2
[9]. Ibid, hal 246
[10]. Stefanus Budiyono, Wawancara, 13 April 2011 jam 15.00 WIB
[11]. Lesslie Newbigin, Injil dalam Masyarakat Majemuk ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), hal 314-315
[12]  Y. Yomalata, M. Div. M.J.S, Penginjilan Masa Kini I, Malang, penerbit Gandum Mas, 1998, hal.1-2
[13] Timotius Agus Suryanto, M.Th, Diklat Misiologi II. SAM. GPdI, 2008-2009, hal.2-3
[14] Derek Prince, membangun Jemaaat Kristus. YPI Imanuel, jakarta. 1993. Hal.37
[15] Pdt. Dr. Y. Yomalata. Penginjilan Masa Kini 2. Malang. Gandum Mas, 1998, hal. 53

Tidak ada komentar:

Posting Komentar